…
Mungkinkah
sebuah negara republik bisa dipimpin serta dikendalikan oleh 2 orang
president (?) …. bila jawabannya ‘mungkin’ maka mengapa kita tidak
mencoba mempraktekkannya misal (?) …..
Tetapi
bila anda berpandangan bahwa itu adalah suatu hal yang ‘mustahil’ serta
berbahaya bila dipraktekkan maka tentu kita tak boleh coba coba untuk
mempraktekkannya
Bagi
yang beranggapan ‘mustahil’ tentu memiliki argument tersendiri untuk
berpandangan demikian, diantaranya adalah argumentasi yang bersifat
prinsipil bahwa kedudukan president adalah kedudukan TER tinggi dalam
struktur pemerintahan yang otomatis tak bisa ada dua,jangankan tingkatan
president tingkatan kepala desa saja merupakan orang yang TER tinggi di
struktur pemerintahan desa sehingga mustahil bisa ada dua.lalu argument
berikutnya mungkin adalah bahwa mustahil negara bisa dikendalikan oleh
dua ide - dua konsep yang berbeda yang berasal dua isi kepala yang
berbeda
Nah
manusia sudah terbiasa berfikir logis - tertata - konstruktif bila
berbicara perihal struktur yang memiliki bukti empirik langsung seperti
masalah ke negara an - kemasyarakatan,tetapi banyak yang masih berfikir
amburadul - tak tertata - ‘absurd’ ketika berbicara masalah struktur
alam semesta - hal abstrak seperti masalah ketuhanan - konsep
balasan,misal orang yang masih sulit menerima konsep tentang Tuhan yang
hanya mungkin ada satu dan masih saja percaya akan adanya ‘tuhan’ yang
bisa banyak,lalu orang yang masih sulit menerima keharusan adanya konsep
balasan Ilahi yang adil
Bila
bisa berfikiran logis - tertata bahwa sebuah negara saja mustahil bila
dipimpin oleh 2 orang president atau apalagi lebih maka lalu … mengapa
tidak berfikir seperti itu ketika harus berfikir tentang struktur alam
semesta yang pasti jauh lebih rumit ketimbang struktur sebuah negara
yang mana mustahil bisa diciptakan serta dikendalikan oleh 2 Tuhan
apalagi lebih ….
Lalu
mengapa seolah ada banyak ‘tuhan’ yang berbeda beda yang disebut oleh
banyak golongan yang berbeda beda agama dan kepercayaan (?) .. itu tentu
bukan berarti Tuhan itu bisa banyak tetapi merupakan tantangan bagi
para pencari kebenaran untuk berfikir jernih mencari mana sebenarnya
Tuhan yang sebenarnya yang layak disebut sebagai ‘Tuhan’ ( ‘T’ besar)
Sebab
jangankan di dunia alam abstrak yang tak mengenal ‘hak paten’ resmi, di
dunia produk materi saja yang jelas jelas ada ‘hak paten’ nya pemalsuan
masih mudah untuk terjadi sehingga orang harus teliti mencari mana
sebenarnya produk yang asli dan mana produk yang tiruan.di dunia alam
abstrak manusia bisa saja dengan mudah dan bebas ‘membuat’ atau tepatnya
‘mengkhayalkan’ apapun lalu dianggap ‘ada’ atau dianggap ‘benar’,tetapi
untungnya kita diberi Tuhan akal fikiran dan nurani untuk menyaring
mana yang sebenarnya benar dan mana yang sebenarnya salah - mana yang
produk khayal dan mana yang hakiki - sebenarnya
Tuhan
yang sebenarnya tentu bukan hasil produk khayal atau produk alam
fikiran manusia sehingga tak bisa semua yang dikhayalkan sebagai ‘tuhan’
oleh manusia lantas harus dianggap sebagai tuhan yang sebenarnya.
sehingga syarat utama untuk bisa didefinisikan sebagai Tuhan yang
sebenarnya tentu harus bukan produk alam fikiran manusia. dan untuk
membuktikan itu maka Tuhan yang sesungguhnya itu harus yang bisa
memperlihatkan eksistensi keberadaanNya dengan cara cara yang tentu
mustahil bisa dibuat oleh manusia. ini adalah cara logis - rasional
untuk membedakan antara Tuhan yang sebenarnya dengan ‘tuhan’ hasil
produk alam fikiran manusia,dan cara untuk mengorganisir ilmu ketuhanan
secara tertata agar jangan rancu - tumpang tindih bagi akal fikiran,agar
kita bisa memilah antara yang khayali dengan yang sesungguhnya, antara
yang logis - yang masuk di akal dengan yang irrasional
Karena
sikap ‘menyamaratakan’ atau menganggap sama antara Tuhan yang
sebenarnya dengan ‘tuhan’ produk alam fikiran manusia ini kemudian
berimbas pada menyamaratakan beragam kepercayaan yang ada, sehingga
ujungnya semua kepercayaan yang ada lalu dianggap ‘sama benar’,sebuah
prinsip yang tentu saja berlawanan atau melawan logika akal
fikiran.karena beranggapan ‘semua benar’ itu sama saja dengan
beranggapan bahwa tiap ‘tuhan’ yang disebut manusia termasuk didalamnya
‘zeus’ - ‘latta - uzza’ misal semuanya menjadi dianggap ‘ada’,sedang
menurut logika akal fikiran saja mustahil alam semesta ini bisa
diciptakan dan lalu kendalikan oleh dua atau apalagi banyak ‘tuhan’
Yah
… mencari Tuhan yang sebenarnya memang pada akhirnya akan bersinergi
dengan mencari kebenaran yang sebenarnya, sebab Tuhan yang sebenarnya
itu tentu memiliki konsep dan tidak akan lepas tangan atas ciptaanNya
melainkan Ia pasti akan bertanggung jawab dengan memberinya petunjuk
untuk agar mereka bisa mengenal siapa Tuhan yang sebenarnya dan apa yang
harus mereka lakukan dalam kehidupannya
Mencari
kebenaran sejati pada akhirnya akan kembali kepada prinsip mencari yang
satu - yang hakiki diantara yang banyak tetapi yang bukan yang sejati -
bukan yang sesungguhnya,sebab kebenaran sejati itu mustahil banyak dan
satu sama lain saling berlawanan
Dan,…
hidup pada awalnya memang adalah ujian untuk berfikir .. lalu setelah
itu ujian untuk beramal .. lalu setelah itu ujian untuk pasrah .. lalu
setelah itu ujian untuk ikhlas
…..
Terima kasih … mudah mudahan tidak berfikir ‘absurd’ - irrasional lagi tentang Tuhan serta tentu tentang ‘kebenaran’

0 komentar:
Posting Komentar